Sifat asli manusia
pendaki akan mudah dikenali saat mendaki tingginya gunung. Apabila pendakian
gunung, kegiatan alam bebas selama ini di pandang oleh sebagian orang sebagai
kegiatan tidak berguna, tetapi tetap ada sisi positif dalam kegiatan tersebut,
yakni pembentukan karakter manusia pendakinya. Karena karakter atau sifat asli
manusia pendaki akan mudah terbaca.
Kegiatan pendakian
gunung sejatinya adalah kegiatan yang sangat positif. Tentunya jika dilakukan
dengan benar dan tepat. Berikut kita akan membahas pembentukan karakter melalui
pendakian gunung yang mungkin pernah kita rasakan akan tetapi belum diresapi.
Sisi positif yang
pertama adalah mendaki gunung merupakan kegiatan yang menyehatkan. Rasakan
saat di tengah alam bebas, kita bisa hingga dalam menghirup udara dan itu akan
melancarkan peredaran darah kita. Tiada ragu kita menghela nafas, karena udara
disana masih terjaga, tanpa limbah apapun. Kemudian, dalam
pendakian, kita akan mudah melihat karakter atau sifat asli dari kita sendiri
atau kawan pendaki. Di tengah beratnya beban
yang di panggul, di tengah lelahnya tubuh, maka akan muncul sikap egois, putus
asa, apatis, mau menang sendiri, manja, mengeluh, acuh tak acuh, menyesal
seolah semuanya jadi satu. Disinilah letak
pembentukan karakter tersebut. Setelah menyadari karakter itu muncul ke
permukaan maka yang kita lakukan adalah mengendalikannya.
Apabila dalam pendakian
melibatkan massa atau kelompok, rasa seperti itu akan mengganggu. Maka dalam
bahasa kami, alangkah baiknya apabila menjadi "Pendaki Padi", semakin
meninggi semakin menunduk yang aman dan menentramkan sesama pendaki. Ada yang anggota tim
yang lemah dan ada yang kuat. Sering terjadi bencana kecelakaan dan tersesat
adalah disaat tim terpisah-pisah dan terpencar. Nah disini “keapatisan” kita
di uji.
Jika kita berada di
posisi yang kuat maka kita akan terganggu dengan gerak rekan kita yang lemah,
kita akan merasa gerak rekan kita itu hanya menghambat, merepotkan, maka kita
akan mengambil sikap untuk meninggalkannya atau jika kita kita
berada diposisi yang lemah, maka kita akan manja, menonjolkan kelemahan kita,
dan tidak mau mengimbangi gerak tim. Disinilah semua di uji.
Jika sikap sikap itu tidak dikendalikan, maka bisa membahayakan jiwa masing-masing.
Andai kita bertugas
menjadi leader pemandu gunung, apabila dibawah masih ada kawan yang tidak kuat
lagi mendaki, maka hal itu tidak mudah, karena kita akan bersitegang dengan
hati dan rasa. Kita telah sampai puncak, sementara kawan belum. Apakah kita
rela mengorbankan impian kita menapak puncak tinggi demi kawan yang telah tidak
mampu menjaga raga hingga puncak gunung? Keegoisan kita di uji.
Selain itu kemampuan manajerial baik fisik, logistik, waktu dan bahkan stress
di uji ketika naik gunung. Semakin banyak
pengalaman kita di gunung maka tingkat manajerial itu akan sangat terasah dan
bisa kita bawa ke kehidupan kita sehari-hari.
Sifat asli manusia
pendaki akan terlihat dan sifat tersebut relatif sama dengan saat dalam
kehidupan sehari - hari. Intinya dalam pendakian gunung, sifat yang negatif
bisa dirubah menjadi positif, karena pendakian gunung membutuhkan kerjasama dan
hal tersebut bagus dalam membentuk karakter yang baik. Mengapa tidak kita ubah
sekarang sifat asli yang negatif dari kita?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar